Ini Amalan yang Datangkan Keselamatan




Maka hendaknya kita segera bertaubat dan mulai membiasakan diri untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajiban dan melakukan amalan lain yang dapat mendatangkan keselamatan bagi kita.
MELAKSANAKAN ibadah wajib saja, tidak menjamin seorang hamba untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat. Apalagi, jika ibadah wajib ini dilaksanakan dengan tidak sungguh-sungguh.
Maka hendaknya kita segera bertaubat dan mulai membiasakan diri untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajiban dan melakukan amalan lain yang dapat mendatangkan keselamatan bagi kita. Lalu, amalan apa yang dapat mendatangkan keselamatan itu?
Salahsatu amalan yang dapat mendatangkan keselamatan bagi kita adalah dengan mengucap kalimat thayyiban yang memiki keistimewaan, kalimat thayyiban ini adalah “Laa ilaa hailallaah Muhammad darasulullah (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad Utusan Allah).” Lalu Mengapa kalimat ini bisa istimewa?
Jawabnnya adalah dikarenakan dengan mengucapkan kalimat ini menunjukkan seseorang memiliki keimanan dalam hatinya. Sebab ia percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya yang wajib disembah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah yang terdapat dalam Qur’an Surah al-Anfal ayat 12. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang- orang yang beriman itu apabila disebut nama Allah gemetarlah hatinya, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatnya, bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.”(Q.S. Al-Anfal:12)
Pada dasarnya, kalimat Laa ilaa hailallaah Muhammad darasulullah termasuk ke dalam kategori kalimat Thayyiban (kalimat yang Baik). Meskipun ada banyak kalimat Thayyiban lainnya akan tetapi, kalimat tersebut menjadi syarat sah-nya seseorang yang hendak memeluk agama Islam. Oleh karena itulah kalimat ini dikatakan sebagai penyelamat bagi mereka yang mengikrarkannya.
Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menerima dariku satu kalimat yang pernah aku sampaikan kepada pamanku (Abu Thalib, saat menjelang wafatnya ), sedangkan ia menolaknya maka kalimat itu (Akan menjadi sebab) keselamatan baginya.” (HR. Ahmad)
Selain di hadist di atas, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim juga dicantumkan akan keistimewaan kalimat thayyibah tersebut.
“Dari ibnu Syimasah al Mahri, ia menceritakan: kami menjenguk Amr bin Ash r.a ketika ia dalam sakratul maut, dan ia menangis lama sekali sambil memalingkan wajahnya kearah dinding. Lalu puteranya menghiburnya dengan berkata, ‘Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam telah memberimu kabar gembira? Kemudian ia menghadap kami dan berkata, ‘sesungguhnya perkara yang paling utam yang kita siapkan (untuk diri kita sendiri) adalah bersaksi bahwasanya Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadar Rasulullah (tiada yang berhak disembah selain Allah dan sesunggunya muhammada adalah utusan Allah). Sesungguhnya Aku telah melalui tiga zaman (Semasa hidup beliau). Dan sesungguhnya aku mengetahui bahwa tidak ada orang yang paling benci terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan tidak ada yang lebih aku inginkan selain bertemu beliau sehingga aku dapat membunuhnya. Sandainya aku mati dalam keadaan demikian niscaya aku termasuk dalam golongan ahli neraka. Kitika Allah memasukkan Isalam kedalam hatiku , aku segera mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan berkata, ‘Ulurkan tangan kananmu supaya saya dapat berbai’at kepadamu. Maka beliau mengulurkan tagan kanannya. Amr bin Ash melanjutkan, tetapi ketika itu aku menarik balik tangan ku.’ Beliau kembali bertanya, ‘Ada apa denganmu , wahai Amr?’ Aku berkata, ‘Aku ingin mengajukan persyaratan. ’Beliau bertanya, persyaratan apa yang kamu inginkan?’ Aku menjawab, ‘(Syaratnya yaitu) supaya dosa-dosa ku diampuni.’ Beliau bersabda, ‘Tidakkah engkau tahu bahwa Islam menghapus dosa dosa yang terjadi sebelumnya, dan hijrah juga menghapus dosa dosa yang terjadi sebelumnya. Maka setelah itu tidak ada yang aku cintai selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam. Oleh karena itu saya tidak sanggup mengangkat muka untuk menatapnya karena kecintaanku kepada beliau, dan jika aku diminta untuk menggambarkan bentuk rupanya, aku tidak dapat melakukannya karena aku tidak pernah menatapnya. Sekiranya aku mati dalam keadaan demikian, aku berharap akan termasuk dalam golongan ahli surga. Kemudian kami kembali melakukaan urusan masing masing, sedang aku tidak mengetahui bagaimana keadaanku saat itu. Oleh karena itu apabila aku mati, janganlah jenazahku diiringi oleh wanita-wanita peratap dan pembawa api. Apabila kalian selesai menguburkan jenazahku, maka taburkanlah tanah diatas kuburanku, kemudian berdirilah beberapa saat desekeliling kuburanku selama masa disembelihnya seekor unta dan dibagikan daginggnya, sehingga aku merasa terhibur oleh kalian, sementara itu aku memikirkan jawaban apa yang mesti aku berikan kepada utusan-utusan Rabbku (malikat-malaikat yang bertanya didalam kubur) .”
Kalimat ini begitu istimewa terlebih lagi bagi kita yang mengikrarkan dan meyakininya. Tidak hanya akan selamat di dunia, namun kita juga terjadin keselamatan sata di akhirat kelak. Dan kalimat ini tidak hanya mendatangkan keselamatan bagi kaum beriman saja, tapi juga kepada orang berdosa yang mengucapkan dan meyakininya serta bertaubat atas segala perbuatannya maka keselamatan yang sama juga akan ia peroleh.
Hal ini ejalan dengan apa yang dimaktubkan oleh utusan Allah Subhanahu Wata’ala,
“Dari Abu Dzar, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah seorang hamba Allah yang mengucapkan Laa ilaa hailallaah Muhammad darasulullah kemudian ia mati dengan kalimat itu melainkan ia pasti masuk surga.” Saya bertanya, “Walaupun ia berzinah dan mencuri?” Beliu menjawab, walaupun ia berzinah dan mencuri.” Saya bertanya lagi, “Walaupun ia berzinah dan mencuri?” Beliau menegaskan, “Walaupun ia berzinah dan mencuri, meskipun Abu Dzar tidak menghendaki (Tetap hal itu akan terjadi).” (H.R. Bukhari)
Adapun maksud, “Meskipun Abu Dzar tidak menghendaki” yakni Abu Dzar merasa heran, bagaimana bisa orang yang berbuat dosa besar (dalam hal ini berzinah dan mencuri) mendapatkan jaminan surga? Bahkan menurut tuntuan keadilan selayaknya dia mendapat siksa atas dosa-dosanya. Demi mentiadakan keheranan Abu Dzar maka Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam menegaskan “Walaupun Abu Dzar tidak setuju, orang semacam itu tetap akan dijamin masuk surga.” Wallahualam. []

Comments

Popular posts from this blog